Jumat, 26 November 2010

BAGAIMANA SISTEM SURVEILANS PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)?

  1. Surveilans Epidemilogi
Surveilans Epiedemiolgi merupakan suatu kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta faktor determinannya. Penyakit dapat dilihat dari perubahan sifat penyakit atau perubahan jumlah orang yang menderita sakit. Dapat pula diartikan kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus. Sistematis melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu, sementara terus menerus menunjukkan bahwa kegiatan surveilans epidemiologi dilakukan setiap saat sehingga program atau unit yang mendapat dukungan surveilans epidemiologi mendapat informasi epidemiologi secara terus menerus juga.

  1. Langkah-langkah Sistem Surveilans
  1. Menetapkan tujuan surveilans
  2. Mengembangkan definisi kasus
  3. Menentukan sumber data, alat pengumpul data, dan mekanisme pelaporan
  4. Melaksanakan analisa san presentasi data surveilans
  5. Mengembangkan mekanisme umpan balik san penyebaran informasi
  6. Pembagian tugas surveilans
  7. Evaluasi surveilans

  1. Sistem Surveilans DBD
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia. Penyakit ini mempunyai perjalanan penyakit yang cepat, mudah menyebar dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Prediksi kejadian demam berdarah dengue di suatu wilayah, selama ini dilakukan berdasarkan stratifikasi endemisitas, pola maksimal−minimal dan siklus 3−5 tahun sesuai dari data Surveilans epidemiologi.
Cara prediksi ini terdapat kelemahan karena berubahnya data menjelang musim penularan DBD dan belum adanya data faktor risiko terkini, sehingga prediksi sering tidak tepat. Data faktor risiko DBD dapat digunakan untuk menentukan jenis intervensi, sehingga kejadian DBD dapat dicegah sesuai konsep kewaspadaan dini. Data surveilans epidemiologi yang dihasilkan, sebagian masih diolah secara manual dan semi otomatis dengan penyajian masih terbatas dalam bentuk tabel dan grafik, sedangkan penyajian dalam bentuk peta belum dilakukan. Berdasarkan kenyataan tersebut, dikembangkan sistem surveilans epidemiologi DBD untuk kewaspadaan dini berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG).
Pada sistem ini, dilakukan pendataan faktor risiko DBD melalui Rapid Survey pada saat menjelang musim penularan untuk mendapatkan data terbaru untuk menentukan jenis intervensi. Dengan SIG, dapat dihasilkan peta faktor risiko, peta kasus dan peta kegiatan lain, dan dengan teknik over layer dapat dilakukan perencanaan maupun evaluasi program pemberantasan. 
Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah adalah kegiatan yang dilakukan secara serentak untuk memberantas nyamuk agar nyamuk tidak dapat berkembang biak. Alangkah baiknya perwakilan dari dinas kesehatan memberikan penyuluhan tentang bahaya penyakit DBD, dan kader tersebut memberikan saran kepada warga desa supaya pada suatu desa membentuk suatu kelompok kegiatan, dan membentuk kelompok. Hal itu bisa lebih memper mudah petugas kesehatan untuk memantau penyakit demam berdarah yang kian meluas di Indonesia.
Materi penelitian dibagi dalam dua kelompok sesuai tahapan penelitian. Tahap pertama merupakan identifikasi faktor risiko DBD untuk menggambarkan tingkat risiko suatu wilayah, yang telah diambil sebelum musim penularan DBD hingga mulai terjadinya kasus melalui kegiatan survei cepat. Materi faktor risiko dibatasi pada faktor perilaku dan lingkungan, sedangkan faktor vektor (nyamuk) misalnya jarak terbang nyamuk, jenis nyamuk dan kepadatan nyamuk tidak dimasukkan sebagai variabel mengingat tingginya tingkat mobilitas
penduduk memungkinkan seseorang menderita DBD dari penularan nyamuk di daerah lain.
Pada tahap pertama dihasilkan peta stratifikasi faktor risiko DBD untuk masing-masing desa. Hasil dari tahap ini digunakan untuk intervensi guna pengendalian faktor risiko sesuai hasil survei cepat. Tahap kedua merupakan tahap pengolahan data surveilans epidemiologi DBD, terutama terhadap kasus DBD yang terjadi saat memasuki musim penularan. Materi penelitian dianalisis berdasarkan unsur–unsur epidemiologi yaitu orang, tempat dan waktu, yang ditampilkan dalam bentuk peta faktor risiko.
Namun tidak semua pelaksanaan Surveilans itu dapat berjalan dengan baik. Adapula hambatan ataupun kendala baik secara langsung ataupun tidak langsung, diantaranya:
  1. Partisipasi lintas sektor masih rendah, sehingga hal tersebut dapat mempersulit terlaksananya pelaksaan surveilans DBD
  2. Kurang partisipasi dari Masyarakat. Pelaksanaan yang baik haruslah adanya kontribusi masyarakat terhadap petugas yang melaksanakan Surveilanans, sehingga saling membantu. Namun pada kenyataanya itu bahawa masyarakat kurang berpartisipasi di dalamnya.
  3. Sumber Daya juga menjadi hambatan karena Sumber Daya merupakan suatu hal yang harus ada dalam pelaksanaan Surveilans yang baik.

Sumber : 1. Bhisma Murti. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Gajah Mada University Press:Yogyakarta
2. Noor, Nur Nasry. 2000. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Rieka Cipta: Jakarta
3. Azwar Azrul. 1988. Pengantar epidemiologi. PT Binarupa Aksara : Jakarta

SYILFA NURHAENI FADHILLA
E2A009194
MAHASISWA FKM UNDIP

1 komentar: