Kamis, 24 Maret 2011

AIRBORNE DISEASE _ "DIFTERI"

DEFINISI

Difteri adalah penyakit akut yang ditularkan melalui udara yang dapat mengancam nyawa seseorang. Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria, dikenal dua macam Corynebacterium diphtheria yaitu:
a. Toxigenic Corynebacterium diphtheria
b. Non-tixigenic Corynebacterium diphtheriae
Difteri mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas. Penularan umumnya melalui udara (batuk / bersin) selain itu dapat melalui benda atau makanan yang terkontaminasi.


EPIDEMIOLOGI

Difteri mempengaruhi orang-orang dari segala usia, tetapi paling sering menyerang anak-anak yang tidak diimunisasi. Di daerah beriklim sedang, difteri cenderung terjadi selama bulan-bulan dingin. Pada tahun 2000, telah ditemukan 30.000 kasus dan 3000 kematian difteri dilaporkan di seluruh dunia. Selain di iklim sedang, difteri juga dapat menyerang manusia pada iklim tropis dengan gangguan pada kulit. Dilaporkan 10 % kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian.

Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit. Beberapa tahun terakhir ini morbili, pertusis, tetanus, poliomyelitis, difteri dan tuberculosis bertanggung jawab atas kematian 4 juta anak di dunia. Penyakit ini pula yang menyebabkan 4 juta anak menjadi cacat fisik dan mental.

Data menunjukkan bahwa setiap tahunnya di dunia ini terdapat 1,5 juta kematian bayi berusia 1 minggu dan 1,4 juta bayi lahir mati akibat tidak mendapatkan imunisasi. Tanpa imunisasi, kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit campak, 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan. 1 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Dan dari setiap 200.000 anak, 1 akan menderita penyakit polio (Tinker,1997 dalam WHO-Depkes-FKMUI, 1998)


GEJALA

Difteri merupakan penyakit yang menyerang saluran nafas. Masa inkubasi difteri adalah 2-4 hari. Tanda pertama dari difteri adalah sakit tenggorokan, demam dan gejala yang menyerupai pilek biasa. Bakteri akan berkembang biak dalam tubuh dan melepaskan toksin (racun) yang dapat menyebar ke seluruh tubuh dan membuat penderita menjadi sangat lemah dan sakit. 

Gejala-gejala lain yang muncul antara lain:
1. Menelan sakit, batuk keras dan suara menjadi parau
2. Mual dan muntah-muntah
3. Demam, menggigil dan sakit kepala
4. Denyut jantung meningkat
5. Terbentuk selaput/membran yang tebal, berbintik, berwarna hijau kecoklatan atau keabu-abuan di kerongkongan sehingga sukar sekali untuk menelan dan terasa sakit.
6. Bila difteri bertambah parah, tenggorokan menjadi bengkak sehingga menyebabkan penderita menjadi sesak nafas, bahkan yang lebih membahayakan lagi, dapat pula menutup sama sekali jalan pernafasan.
7. Kelenjar akan membesar dan nyeri di sekitar leher.
8. Kadang-kadang telinga menjadi terasa sakit akibat peradangan
9. Penyakit difteri dapat pula menyebabkan radang pembungkus jantung sehingga penderita dapat meninggal secara mendadak.

Sel-sel jaringan yang mati bersama dengan sel-sel radang membentuk suatu membran atau lapisan yang dapat menggangu masuknya udara pernapasan. Membran atau lapisan ini berwarna abu-abu kecoklatan, dan biasanya dapat terlihat. Gejalanya anak menjadi sulit bernapas. Jika lapisan terus terbentuk dan menutup saluran napas yang lebih bawah akan menyebabkan anak tidak dapat bernapas. Akibatnya sangat fatal karena dapat menimbulkan kematian jika tidak ditangani dengan segera.

Racun yang sama juga dapat menimbulkan komplikasi pada jantung dan susunan saraf, biasanya terjadi setelah 2-4 minggu terinfeksi dengan kuman difteri. Kematian juga sering terjadi karena jantung menjadi rusak. Serangan berbahaya pada periode inkubasi 1 sampai dengan 5 hari, jarang ditemui lebih lama. Dapat menyebabkan infeksi nasopharynx yang menyebabkan kesulitan bernapas dan kematian. Penyebab utamanya adalah radang pada membran saluran pernapasan bagian atas, biasanya pharynx tetapi kadang2 posterior nasal passages, larynx dan trakea, ditambah kerusakan menyeluruh ke seluruh organ termasuk myocardium, sistem saraf, ginjal yang disebabkan exotosin (Plotkins) organisme.

Ketika difteri menyerang tenggorokan dan tonsil, gejala awalnya adalah radang tenggorokan, kehilangan nafsu makan, dan demam. Dalam waktu 2-3 hari, lapisan putih atau aba-abu ditemukan di tenggorokan atau tonsil. Lapisan ini menempel pada langit-langit dari tenggorokan dan dapat berdarah. Jika terdapat pendarahan, lapisan berubah menjai aba-abu kehijauan atau hitam. Penderita difteri biasanya tidak demam panas tapi dapat sakit leher daan sesak napas.

DIAGNOSIS

Diagnosis difteria ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Penentuan kuman difteria dengan sediaan langsung kurang dapat dipercaya. Cara yang lebih akurat adalah dengan identifikasi dengan fluorescent technique. Diagnosis pasti dengan isolasi C.

PENULARAN

Penyakit difteri disebarkan orang ke orang melalui pernafasan, terutama droplet tenggorokan yang disebabkan batuk dan bersin. Kuman difteri hidup pada selaput lendir rongga mulut, tenggorokan, dan hidung pada orang yang terinfeksi dengan kuman ini. Penularan umumnya melalui udara (batuk / bersin), percikan air ludah batuk sang penderita. Bisa juga melalui benda atau makanan yang terkontaminasi Corynebacterium Diphtheriae. Penularan difteri juga dapat melalui kontak hubungan dekat, melalui udara yang tercemar oleh karier.

PENCEGAHAN

a. Penderita :

1. Pengobatan penderita dan cara holding yang baik
2. Memberikan edukasi akan pencegahan penularan penyakit yang dapat menular melalaui udara.
3. Apabila batuk ataupun bersin, hendakanya ditutup dengan sapu tangan agar tidak menular ke orang lain.

b. Contak person :

1. Dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis. Memberikan vaksinasi DPT pada anak-anak sebelum difteri menyerang dapat merangsang terbentuknya antibodi tubuh untuk melawan kuman serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap jenis penyakit tertentu. Vaksin DPT diberikan sebanyak tiga kali sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu – dua bulan. Vaksinasi DPT biasanya diberikan sejak bayi berumur 3 bulan. Untuk pemberian kekebalan dasar perlu diberi 3 kali berturut-turut dengan jarak 1-1 ½ bulan, lalu 2 tahun kemudian diulang kembali. Pemberian imunisasi ini akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu bersamaan. Efek samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak pada permukaan kulit, cara mengatasinya cukup diberikan obat penurun panas. Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyphtheria, Pertusis dan Tetanus), penyakit difteri mulai jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan.
2. Mengurangi minum es.
Minum minuman yang terlalu dingin secara berlebihan dapat mengiritasi tenggorokan dan menyebabkan tenggorokan terasa sakit.
3. Makanan yang kita konsumsi harus bersih.
4. Jika telah terserang difteri, penderita sebaiknya dirawat dengan baik untuk mempercepat kesembuhan dan agar tidak menjadi sumber penularan bagi yang lain.

c. Lingkungan :
1. Menjaga kebersihan badan, pakaian dan lingkungan.Difteri mudah menular dalam lingkungan yang buruk dengan tingkat sanitasi rendah. Selain menjaga kebersihan diri, kita juga harus menjaga kebersihan lingkungan sekitar.



PENANGGULANGAN

Pengobatan difteri difokuskan untuk menetralkan toksin (racun) difteri dan untuk membunuh kuman Corynebacterium diphtheriae penyebab difteri. Racun yang dihasilkan oleh kuman dieliminasi dengan pemberian anti racun yang disebut dengan anti toksin yang spesifik untuk kuman difteri. Antibiotik diberikan dalam jangka waktu tertentu untuk mengeliminasi kuman, menghentikan produksi racun oleh kuman, dan mengobati infeksi lokal saluran napas bagian atas.

Jika anak menderita difteri, ia harus dirawat di rumah sakit karena seringkali menjadi gawat. Istirahat total sangat dibutuhkan, terutama pada anak dengan tanda-tanda komplikasi pada jantung. Setelah terserang difteri satu kali, biasanya penderita tidak akan terserang lagi seumur hidup.

HAMBATAN

Penyakit ini komersial pada orang dewasa, namun tidak pada anak. Artinya bahwa difteri itu lebih rentan menyerang pada anak-anak daripada menyerang orang-orang dewasa, karena di anggap bahwa kekebalan imunitas tubuh anak-anak belum sekebal dengan orang dewasa.

Sumber:

1. Azwar, A . 1997. Pengantar Epidemiologi.Bina Rupa Aksara: Jakarta
2. Bustan, M.N. 1997. Pengantar Epidemiologi. Rineka Cipta : Jakarta
3. file:///E:/DITERI%20AIRBORNE,/WHO



SYILFA NURHAENI FADHILLA
E2A009194
MAHASISWA FKM UNDIP

Senin, 21 Maret 2011

TUGAS DPP SMSTER 4 Food and water diseases_ DEMAM TIFOID OLEH SALMONELLA TYPHI

DEFINISI

Food and water disease merupakan salah satu permasalahan kesehatan masyarakat yang paling banyak dan membebani yang pernah dijumpai di jaman modern ini. Penyakit ini menyebabkan sejumlah besar penderitanya khususnya di kalangan bayi, anak, lansia, dan mereka yang kekebalan tubuhnya terganggu.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, akibat dari Kejadian Luar Biasa (KLB) diantaranya Salmonellasis typhimurium. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Dalam kehidupannya manusia membutuhkan makanan untuk hidup. Jika tidak memperhatikan kebersihan makanan dan lingkungan, makanan dapat merugikan bagi manusia. Makanan yang berasal baik dari hewan atau tumbuhan dapat berperan sebagai media pembawa mikroorganisma penyebab penyakit pada manusia.
Mikroorganisme yang menimbulkan penyakit ini dapat berasal dari makanan asal hewan yang terinfeksi penyakit tersebut atau tanaman yang terkontaminasi. Makanan yang terkontaminasi selama prosesing atau pengolahan dapat berperan sebagai media penularan juga.

EPIDEMIOLOGI

a.            Penyebaran secara umum

Dengan perkiraan kasus 16-33000000 dari setiap tahunnya menghasilkan 216.000 kematian di daerah endemik, Organisasi Kesehatan Dunia mengidentifikasi tifoid sebagai masalah kesehatan masyarakat yang serius dan merupakan insiden tertinggi pada anak-anak dan dewasa muda antara 5 dan 19 tahun.

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistematik, bersifat endemis dan merupakan masalah kesehatan di Negara berkembang seperti Indonesia. Terutama dari golongan masyarakat dengan standar hidup dan kebersihannya rendah. Angka kejadian demam tifoid di Indonesia masih sangat tinggi berkisar 0,7% sampai 1% menurut data Depkes tahun 1985.

Menurut keterangan dr. Arlin Algerina, SpA, dari RS Internasional Bintaro, Di Indonesia, diperkirakan antara 800 - 100.000 orang terkena penyakit tifus atau demam tifoid sepanjang tahun. Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan konon anak perempuan lebih sering terserang, peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 5 tahun.

Makanan dan minuman yang terkontaminasi merupakan transmisi Salmonella sp, khususnya S.typhi, carrier pada manusia adalah sumber infeksi. S.typhi bias berada di air, es, debu, sampah kering, dan bila masuk ke dalam vehicle yang cocok misalnya daging, kerang, dan sebagainya. S.typhi akan berkembang biak mencapai dosis infektif. Maka perlu diperhatikan factor kebersihan lingkungan, pembuangan sampah, cara memasak air, dan bahan makanan secara benar untuk pencegahan Salmonellasis terutama demam tifoid.

Penyebaran Geografis dan Musim :

Kasus-kasus demam tifoid terdapat hampir di seluruh bagian dunia. Penyebarannya tidak bergantung pada iklim maupun musim. Penyakit itu sering merebak di daerah yang
kebersihan lingkungan dan pribadi kurang diperhatikan.

Penyebaran Usia dan Jenis Kelamin:

Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau perempuan. Umumnya penyakit itu lebih sering diderita anak-anak. Orang dewasa sering mengalami dengan gejala yang tidak khas, kemudian menghilang atau sembuh sendiri. Persentase penderita dengan usia di atas 12 tahun seperti bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

Usia Persentase:

12 – 29 tahun 70 – 80 % 30 – 39 tahun 10 – 20 % > 40 tahun 5 – 10 %

a.            Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh jenis salmonella tertentu yaitu S.Typhi, S.Paratyphi A, dan S.Paratyphi B. Demam yang disebabkan oleh s. Typhi cenderung untuk menjadi lebih berat daripada bentuk infeksi salmonella yang lain. 


Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif yang bersifat motil, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul. Kebanyaakan strain meragikan glukosa, manosa dan manitol untuk menghasilkan asam dan gas, tetapi tidak meragikan laktosa dan sukrosa. Organisme salmonella tumbuh secara aerob dan mampu tumbuh secara anaerob fakultatif. Kebanyakan spesies resistent terhadap agen fisik namun dapat dibunuh dengan pemanasan sampai 54,4º C (130º F) selama 1 jam atau 60 º C (140 º F) selama 15 menit. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam sampah, bahan makanan kering, agfen farmakeutika dan bahan tinja.




PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK

Cara Penularan:

Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan melalui peredaran darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.

Tanda dan Gejala Penyakit Demam Tifoid:
Keluhan dan gejala Demam Tifoid tidak khas, dan bervariasi dari gejala seperti flu ringan sampai tampilan sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ. Secara klinis gambaran penyakit 

Demam Tifoid berupa demam berkepanjangan, gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan saraf pusat.
1.            Panas lebih dari 7 hari, biasanya mulai dengan sumer yang makin hari makin meninggi,   sehingga pada minggu ke 2 panas tinggi terus menerus terutama pada malam hari.
2.            Gejala gastrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, dan kembung, hepatomegali, splenomegali dan lidah kotor tepi hiperemi, Selain itu, dapat dijumpai adanya bradikardia relative, pembesaran hati, dan limpa, bintik Rose sekitar umbilicus. Kemudian terjadi komplikasi antara lain hepatitis dan pendarahan pada usus.
3.            Gejala saraf sentral berupa delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan sampai koma.

Demam tifoid mempunyai masa inkubasi umumnya 1-2 minggu, paling singkat 3 hari dan paling lama 2 bulan. Terjadi setelah 1-3 minggu setelah pengobatan dihentikan.

Diagnosa Penyakit Demam Tifoid:

Untuk ke akuratan dalam penegakan diagnosa penyakit, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Widal dan biakan empedu.
1.            Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan sederhana yang mudah dilakukan di laboratorium sederhana untuk membuat diagnosa cepat. Akan ada gambaran jumlah darah putih yang berkurang (lekopenia), jumlah limfosis yang meningkat dan eosinofilia.
2.            Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti terhadap kuman tifus. Widal positif kalau titer O 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan progresif.
3.            Diagnosa demam Tifoid pasti positif bila dilakukan biakan empedu dengan ditemukannya kuman Salmonella typhosa dalam darah waktu minggu pertama dan kemudian sering ditemukan dalam urine dan faeces.


PENGOBATAN

Penemuan kembali terapi rehidrasi oral pada tahun 1960 memberikan cara sederhana untuk mencegah banyak kematian penyakit diare pada umumnya. Pengobatan pilihan antara lain adalah ciprofloxacin. Demam tifoid bukan kasus yang fatal, karena dengan obat-obatan sperti ciprofloxacin, cefixime, maka dapat mengobati demam tifoid di Negara Maju. Dengan harapan, pengobatan penyakit dengan antibiotik dapat  mengurangi angka fatalitas menjadi hanya sekitar  1%.
Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah penularan. Pasien harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan.

Selain obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan rasa pusing (Paracetamol), Untuk anak dengan demam tifoid maka pilihan antibiotika yang utama adalah kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi pemberantasan/eradikasi kuman serta waktu perawatan dipersingkat. Namun beberapa dokter ada yang memilih obat antibiotika lain seperti ampicillin, trimethoprim-sulfamethoxazole, kotrimoksazol, sefalosporin, dan ciprofloxacin sesuai kondisi pasien. Demam berlebihan menyebabkan penderita harus dirawat dan diberikan cairan Infus.

PENCEGAHAN

Pencegahan demam tifoid diupayakan melalui berbagai cara: umum dan khusus/imunisasi. Termasuk cara umum antara lain adalah peningkatan higiene dan sanitasi karena perbaikan higiene dan sanitasi saja dapat menurunkan insidensi demam tifoid. (Penyediaan air bersih, pembuangan dan pengelolaan sampah). Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga apa yang masuk mulut (diminum atau dimakan) tidak tercemar Salmonella typhi. Pemutusan rantai transmisi juga penting yaitu pengawasan terhadap penjual (keliling) minuman/makanan.

Ada dua vaksin untuk mencegah demam tifoid. Yang pertama adalah vaksin yang diinaktivasi (kuman yang mati) yang diberikan secara injeksi. Yang kedua adalah vaksin yang dilemahkan (attenuated) yang diberikan secara oral. Pemberian vaksin tifoid secara rutin tidak direkomendasikan, vaksin tifoid hanta direkomendasikan untuk pelancong yang berkunjung ke tempat-tempat yang demam tifoid sering terjadi, orang yang kontak dengan penderita karier tifoid dan pekerja laboratorium.

Sumber
   
1.     Azwar, A . 1997. Pengantar Epidemiologi.Bina Rupa Aksara: Jakarta
2.     Bustan, M.N. 1997. Pengantar Epidemiologi. Rineka Cipta : Jakarta
3.     http://who.int
4.     Wikipedia, ensiklopedia bebas.htm


SYILFA NURHAENI FADHILLA 
NIM E2A009194
MAHASISWA FKM UNDIP