Senin, 21 Maret 2011

TUGAS DPP SMSTER 4 Food and water diseases_ DEMAM TIFOID OLEH SALMONELLA TYPHI

DEFINISI

Food and water disease merupakan salah satu permasalahan kesehatan masyarakat yang paling banyak dan membebani yang pernah dijumpai di jaman modern ini. Penyakit ini menyebabkan sejumlah besar penderitanya khususnya di kalangan bayi, anak, lansia, dan mereka yang kekebalan tubuhnya terganggu.
Dalam beberapa tahun terakhir ini, akibat dari Kejadian Luar Biasa (KLB) diantaranya Salmonellasis typhimurium. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Dalam kehidupannya manusia membutuhkan makanan untuk hidup. Jika tidak memperhatikan kebersihan makanan dan lingkungan, makanan dapat merugikan bagi manusia. Makanan yang berasal baik dari hewan atau tumbuhan dapat berperan sebagai media pembawa mikroorganisma penyebab penyakit pada manusia.
Mikroorganisme yang menimbulkan penyakit ini dapat berasal dari makanan asal hewan yang terinfeksi penyakit tersebut atau tanaman yang terkontaminasi. Makanan yang terkontaminasi selama prosesing atau pengolahan dapat berperan sebagai media penularan juga.

EPIDEMIOLOGI

a.            Penyebaran secara umum

Dengan perkiraan kasus 16-33000000 dari setiap tahunnya menghasilkan 216.000 kematian di daerah endemik, Organisasi Kesehatan Dunia mengidentifikasi tifoid sebagai masalah kesehatan masyarakat yang serius dan merupakan insiden tertinggi pada anak-anak dan dewasa muda antara 5 dan 19 tahun.

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistematik, bersifat endemis dan merupakan masalah kesehatan di Negara berkembang seperti Indonesia. Terutama dari golongan masyarakat dengan standar hidup dan kebersihannya rendah. Angka kejadian demam tifoid di Indonesia masih sangat tinggi berkisar 0,7% sampai 1% menurut data Depkes tahun 1985.

Menurut keterangan dr. Arlin Algerina, SpA, dari RS Internasional Bintaro, Di Indonesia, diperkirakan antara 800 - 100.000 orang terkena penyakit tifus atau demam tifoid sepanjang tahun. Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan konon anak perempuan lebih sering terserang, peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 5 tahun.

Makanan dan minuman yang terkontaminasi merupakan transmisi Salmonella sp, khususnya S.typhi, carrier pada manusia adalah sumber infeksi. S.typhi bias berada di air, es, debu, sampah kering, dan bila masuk ke dalam vehicle yang cocok misalnya daging, kerang, dan sebagainya. S.typhi akan berkembang biak mencapai dosis infektif. Maka perlu diperhatikan factor kebersihan lingkungan, pembuangan sampah, cara memasak air, dan bahan makanan secara benar untuk pencegahan Salmonellasis terutama demam tifoid.

Penyebaran Geografis dan Musim :

Kasus-kasus demam tifoid terdapat hampir di seluruh bagian dunia. Penyebarannya tidak bergantung pada iklim maupun musim. Penyakit itu sering merebak di daerah yang
kebersihan lingkungan dan pribadi kurang diperhatikan.

Penyebaran Usia dan Jenis Kelamin:

Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau perempuan. Umumnya penyakit itu lebih sering diderita anak-anak. Orang dewasa sering mengalami dengan gejala yang tidak khas, kemudian menghilang atau sembuh sendiri. Persentase penderita dengan usia di atas 12 tahun seperti bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

Usia Persentase:

12 – 29 tahun 70 – 80 % 30 – 39 tahun 10 – 20 % > 40 tahun 5 – 10 %

a.            Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh jenis salmonella tertentu yaitu S.Typhi, S.Paratyphi A, dan S.Paratyphi B. Demam yang disebabkan oleh s. Typhi cenderung untuk menjadi lebih berat daripada bentuk infeksi salmonella yang lain. 


Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif yang bersifat motil, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul. Kebanyaakan strain meragikan glukosa, manosa dan manitol untuk menghasilkan asam dan gas, tetapi tidak meragikan laktosa dan sukrosa. Organisme salmonella tumbuh secara aerob dan mampu tumbuh secara anaerob fakultatif. Kebanyakan spesies resistent terhadap agen fisik namun dapat dibunuh dengan pemanasan sampai 54,4º C (130º F) selama 1 jam atau 60 º C (140 º F) selama 15 menit. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam sampah, bahan makanan kering, agfen farmakeutika dan bahan tinja.




PATOLOGI DAN GEJALA KLINIK

Cara Penularan:

Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan atau minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan melalui peredaran darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian berkembang biak dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.

Tanda dan Gejala Penyakit Demam Tifoid:
Keluhan dan gejala Demam Tifoid tidak khas, dan bervariasi dari gejala seperti flu ringan sampai tampilan sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ. Secara klinis gambaran penyakit 

Demam Tifoid berupa demam berkepanjangan, gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan saraf pusat.
1.            Panas lebih dari 7 hari, biasanya mulai dengan sumer yang makin hari makin meninggi,   sehingga pada minggu ke 2 panas tinggi terus menerus terutama pada malam hari.
2.            Gejala gastrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, dan kembung, hepatomegali, splenomegali dan lidah kotor tepi hiperemi, Selain itu, dapat dijumpai adanya bradikardia relative, pembesaran hati, dan limpa, bintik Rose sekitar umbilicus. Kemudian terjadi komplikasi antara lain hepatitis dan pendarahan pada usus.
3.            Gejala saraf sentral berupa delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan sampai koma.

Demam tifoid mempunyai masa inkubasi umumnya 1-2 minggu, paling singkat 3 hari dan paling lama 2 bulan. Terjadi setelah 1-3 minggu setelah pengobatan dihentikan.

Diagnosa Penyakit Demam Tifoid:

Untuk ke akuratan dalam penegakan diagnosa penyakit, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Widal dan biakan empedu.
1.            Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan sederhana yang mudah dilakukan di laboratorium sederhana untuk membuat diagnosa cepat. Akan ada gambaran jumlah darah putih yang berkurang (lekopenia), jumlah limfosis yang meningkat dan eosinofilia.
2.            Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti terhadap kuman tifus. Widal positif kalau titer O 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan progresif.
3.            Diagnosa demam Tifoid pasti positif bila dilakukan biakan empedu dengan ditemukannya kuman Salmonella typhosa dalam darah waktu minggu pertama dan kemudian sering ditemukan dalam urine dan faeces.


PENGOBATAN

Penemuan kembali terapi rehidrasi oral pada tahun 1960 memberikan cara sederhana untuk mencegah banyak kematian penyakit diare pada umumnya. Pengobatan pilihan antara lain adalah ciprofloxacin. Demam tifoid bukan kasus yang fatal, karena dengan obat-obatan sperti ciprofloxacin, cefixime, maka dapat mengobati demam tifoid di Negara Maju. Dengan harapan, pengobatan penyakit dengan antibiotik dapat  mengurangi angka fatalitas menjadi hanya sekitar  1%.
Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah penularan. Pasien harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan.

Selain obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan rasa pusing (Paracetamol), Untuk anak dengan demam tifoid maka pilihan antibiotika yang utama adalah kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi pemberantasan/eradikasi kuman serta waktu perawatan dipersingkat. Namun beberapa dokter ada yang memilih obat antibiotika lain seperti ampicillin, trimethoprim-sulfamethoxazole, kotrimoksazol, sefalosporin, dan ciprofloxacin sesuai kondisi pasien. Demam berlebihan menyebabkan penderita harus dirawat dan diberikan cairan Infus.

PENCEGAHAN

Pencegahan demam tifoid diupayakan melalui berbagai cara: umum dan khusus/imunisasi. Termasuk cara umum antara lain adalah peningkatan higiene dan sanitasi karena perbaikan higiene dan sanitasi saja dapat menurunkan insidensi demam tifoid. (Penyediaan air bersih, pembuangan dan pengelolaan sampah). Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga apa yang masuk mulut (diminum atau dimakan) tidak tercemar Salmonella typhi. Pemutusan rantai transmisi juga penting yaitu pengawasan terhadap penjual (keliling) minuman/makanan.

Ada dua vaksin untuk mencegah demam tifoid. Yang pertama adalah vaksin yang diinaktivasi (kuman yang mati) yang diberikan secara injeksi. Yang kedua adalah vaksin yang dilemahkan (attenuated) yang diberikan secara oral. Pemberian vaksin tifoid secara rutin tidak direkomendasikan, vaksin tifoid hanta direkomendasikan untuk pelancong yang berkunjung ke tempat-tempat yang demam tifoid sering terjadi, orang yang kontak dengan penderita karier tifoid dan pekerja laboratorium.

Sumber
   
1.     Azwar, A . 1997. Pengantar Epidemiologi.Bina Rupa Aksara: Jakarta
2.     Bustan, M.N. 1997. Pengantar Epidemiologi. Rineka Cipta : Jakarta
3.     http://who.int
4.     Wikipedia, ensiklopedia bebas.htm


SYILFA NURHAENI FADHILLA 
NIM E2A009194
MAHASISWA FKM UNDIP




Tidak ada komentar:

Posting Komentar